Nakalnya Tante Nelly
Nakalnya Tante Nelly - Suasana rumah Tante Nelly petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda motor milik Doni dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki garasi. Doni dan kakaknya, Sanny, berlibur di rumah Tante Nelly untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Tante Nelly sebagai wanita karier sering merasa kesepian karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak pertama dan keduanya itu.
Sanny baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul 19:30. Melihat suasana rumah kosong ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Sanny sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat saja. Tapi Sanny juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.
Pintu kamar Sanny tiba-tiba saja terbuka. Kepala Doni muncul dari balik pintu sambil tersenyum.
“Baru datang, Kak?”, tanya Doni sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang berganti pakaian.
Doni berjalan acuh tak acuh.
“Iya..”, jawab Sanny singkat.
Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.
“Kok, lesu gitu.., Kenapa?”, Doni yang baru kelas dua SMP itu menghampiri Sanny.
Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Sanny hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Doni pun akhirnya memperhatikan sepupunya tersebut. Sanny memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang kalau Sanny bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi tubuh Sanny. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar mandi.
“Sret..”, Sepersekian detik posisi tangan Sanny bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka.
Melihat hal demikian Doni jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Doni agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.
Karena dorongan hasratnya, Doni memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Sanny. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Sanny semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di hadapan Doni. Posisi demikian membuat Doni bisa merangkul Sanny dengan leluasa dari belakang.
“Kamu cantik deh.., malam ini..”, ucap Doni tanpa sadar. Sanny pun hanya diam saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.
Doni kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Sanny. Gadis yang merasa sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Doni. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon Sanny ini membuat Doni berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Sanny hanya memejamkan mata saja. Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Doni semakin tidak menentu. Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Sanny. Perlahan ia mulai meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.
Sanny pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga membiarkan telapak tangan Doni membelai-belai buah dadanya yang memang tidak memakai beha. Belaian Doni pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Sanny sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan kasih sayang sepupunya tersebut.
Doni pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Sanny sambil memasukkan tangannya ke dalam daster Sanny. Perasaan Sanny menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan Doni terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Doni, namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Doni.
Baca : Cewek Jilbab SMA
“Ran, mmh.., udah ah.., aku kegelian”, akhirnya Sanny berusaha menyudahi aktivitas itu.
“Ah, aku kan sayang sama kamu”, sahut Doni sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh sepupunya. “Engh, badanku jadi lemas semua nih”, tanpa sadar Sanny berucap sambil setengah merengek.
Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.
Doni tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Sanny. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam sepupunya. Bulu-bulu halus di kemaluan Sanny pun terasa di telapak tangan Doni. Iapun menyentuh bibir vagina sepupunya itu. Sanny menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Kemaluannya sudah mulai berdenyut-denyut.
Doni secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Sanny. Kemaluannya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya. Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada sepupunya tersebut.
“Ran.., ngmhhnghh.., udah dong.., sshh”, ucap Sanny ketika sekilas kesadarannya datang.
Namun Doni sudak asyik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Sanny terpejam dan tangannya membelai kepala Doni, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.
Doni akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya tersebut. Sanny sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana dalamnya terlepas. Doni pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai batang penisnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Sanny dengan perlahan. Kemualuannya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Sanny.
“Sleep!”, Setengah detik kemudian kemaluan Doni mulai memasuki liang vagina Sanny.
Terasa hangat dan empuk. Sesaat Sanny seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun kesadarannya langsung hilang ketika Doni mulai menggerakan pinggangnya naik turun.
Napas Doni semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh sepupunya yang mulus itu. Buah dada Sanny bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Doni terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja. Kesadaran Sanny pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Kemaluannya berdenyut-denyut ketika penis sepupunya terus bergerak dalam liang kemaluannya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.
“Don., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh”, rintih Sanny dalam kenikmatan.
Desahan Sanny membuat nafsu Doni semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis yang sedang ia setubuhi adalah kakak sepupunya sendiri. Konsentrasi Doni hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Sanny. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.
“Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh”, Sanny mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi.
Doni semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Doni merasa kemaluannya seperti akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Sanny masih terus memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
“Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, Sanny mendesah-desah.
Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.
Tiba-tiba Doni menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Sanny pun memeluk tubuh Doni tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.
Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Nelly dari balik pintu. Tante Nelly benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Nelly melihat keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat dua ponakannya tertidur lelap.
Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Sanny. Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh gadisnya yang sintal dengan buah dada yang ranum membuatnya tersadar bahwa Sanny memang mungkin sudah saatnya dewasa. Benar-benar kesalahanku, keluhnya.
Doni yang merasa ada orang datang mulai terbangun. Kelopak matanya terbuka perlahan dan tampak tantenya memakai daster biru membelakanginya. Lekuk tubuh tantenya tampak indah dalam keremangan kamar. Dalam keadaan setengah sadar, ia masih merasakan kenikmatan yang baru saja dilaluinya bersama Sanny. Tak terasa beberapa saat kemaluannya menegang kembali.
Kebutuhan yang mulai mendesak itu membuat Doni mulai salah tingkah. Tiba-tiba saja ia ingin menyentuh tubuh tantenya yang berada di hadapannya. Apalagi lekuk tubuh tantenya terlihat sangat indah. Namun ia sangat takut apabila tantenya marah. Maka iapun berpura-pura tidur dan memejamkan mata. Dalam keadaan yang mulai birahi kembali Doni memutar otaknya agar dorongannya tersebut terpuaskan. Maka dengan pura-pura dalam keadaan tidur Doni menggerakan badannya untuk dapat memeluk tubuh tantenya.
Baca : Cara Menyapa Paling Unik
Tante Nelly yang merasa tubuh Doni bergerak segara membalikkan badan dan memeluk tubuh Doni. Buah dadanya yang hanya dibalut daster biru terasa menyentuh bagian muka Doni. Tante Nelly pun mulai membelai kepala Doni dengan penuh kelembutan. Diperhatikan ponakan laki-lakinya dari atas kepala dan turun ke bawah. Pasti banyak yang naksir, ucap tante Nelly dalam hati melihat kepolosan wajah ponakannya itu.
Tiba-tiba wajah Tante Nelly memerah. Tak sengaja matanya menyapu penis Doni yang agak menegang. Ia berusaha menenangkan diri bahwa yang dihadapannya adalah keponakannya sendiri. Namun jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi diusia yang telah memasuki usia tiga puluh tahun ini ia belum pernah disentuh laki-laki. Kebutuhan seksualnya selama ini ia alihkan dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Sebagai wanita matang, selama ini ia belum pernah melihat tubuh laki-laki dewasa dalam keadaan telanjang. Tubuh Doni pun juga mulai mekar di usia enam belas tahun itu. Tiba-tiba kepala tante Nelly terasa agak berkunang-kunang.
Tanpa sadar tangan Tante Nelly mulai bergerak mendekati batang penis Doni. Dengan perlahan-lahan agar Doni tidak terbangun, Tante Nelly mulai menyentuh batang penis Doni. Terasa hangat dan agak keras. Dibelai-belai batang penis itu dengan penuh kelembutan. Ia membayangkan andai saja batang penis itu mendesak-desak di lubang kemaluannya. Matanya mulai terpejam. Tanpa sadar tangannya yang sebelah meremas buah dadanya sendiri. Terasa ada cairan hangat mengalir di dalam kemaluannya. Mau tidak mau Tante Nelly mengakui bahwa ia mulai terangsang setelah menyentuh batang penis Ponakannya.
Tiba-tiba saja tangan Doni bergerak. Rasa kaget itu membuat Tante Nelly menghentikan sentuhannya. Ia memejamkan mata sambil berbaring dalam keadaan memeluk ponakannya. Harapannya adalah Doni menganggapnya tidur.
Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap penisnya, Doni menjadi berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah dada yang lebih besar dari kepunyaan Sanny. Tampak pula tonjolan mungil puting Tante Nelly yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Doni sudah tidak sabar. Ia langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada tantenya pun mulai terasa mengeras.
Tante Nelly kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu. Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Nelly. Ia menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.
Akhirnya dengan pasrah, Tante Nelly tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan lidah Doni pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai menikmati sepenuhnya ketika kuluman Doni disertai gigitan kecil. Tante Nelly pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.
“Ssshh..”, tanpa sadar Tante Nelly mendesah penuh kenikmatan saat Doni mengulum puting buah dadanya.
Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.
Doni tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Nelly sambil terus mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Nelly. Dijilatinya seluruh tubuh tantenya.
“Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh”, Tante Nelly mendesah tanpa mampu menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut.
Tubuhnya seperti tidak mau berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh kemesraan.
Napas Doni mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Nelly. Pemandangan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Doni semakin bernafsu. Diarahkan batang penisnya ke dalam selangkangan tante Nelly.
“Sleep!”, Batang Penisnya pun telah masuk ke dalam lubang kemaluan tantenya.
Tante Nelly merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Doni. Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.
“Aahh.., esshh.., ahh”, Tante Nelly mulai mengerang kenikmatan.
Ia pun memegangi pantat Doni untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara desahan-desahan Sanny pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya dalam keadaan telanjang ditindih oleh Doni . Dilihatnya Doni dengan penuh nafsu menyetubuhi Tante Nelly. Sanny pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru merepon dengan desahan-desahan. Tangan Doni memegangi paha Tante Nelly dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini membuat Sanny mulai terangsang.
Tanpa sadar Sanny mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Nelly. Tante Nelly pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi. Doni sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.
“Eng.., ssh.., nikmat.., Don”, desah Sanny sambil disela-sela ciumannya dengan Tante Nelly. Penis Doni terasa semakin tersedot-sedot.
Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Penis Doni memasuki liang vagina Tante Nelly.
Sanny semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. Vaginanya pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu. Kepala Sanny kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya meremas-remas buah dada tantenya.
“Enghss.., enghh.., terusshhin.., engshh”, Tante Nelly semakin merasa terbang di awang-awang.
Gerakan Doni membuat vaginanya terasa sangat nikmat. Jilatan lidah Sanny pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi. Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan Doni. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Doni. Gerakan maju-mundur Doni diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante Nelly.
Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Nelly semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Doni sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Nellymenegang dan vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan.
“Don.., ganti aku aja.., Tante udah lemas tuh”, ucap Sanny tanpa malu-malu. Ia segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuh. Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.
Doni pun menarik penis dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu.
Diarahkannya batang kemaluannya itu ke arah lubang kemaluan Sanny yang telah mengangkang itu. “Sleep!”, Penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuh sepupunya itu.
Baca : Tante Evi
Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Doni menciumi buah dada Sanny sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Sanny melingkarkan tangannya pada punggung Doni.
“Enghh terusshh.., Don.., masukin terus.., enggsshh”, desah Sanny sambil matanya masih terus terpejam.
Dengan perlahan Doni menarik tubuh Sanny agar duduk di atas pinggang Doni. Posisi ini semakin membuat penis Doni lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangan Doni memegangi pantat sepupunya itu. Sanny juga merasa vaginanya terisi lebih penuh oleh batang kemaluan Doni .
Doni semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Sanny yang berada di atas tubuh Doni mulai menggerakkan bandannya. Keduanya telah larut dalam gerakan berirama. Doni semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan sepupunya. Sanny pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang pinggangnya.
“Enghh.., terus.., Don.., Enghh enaahkk”, mata Sanny terpejam dan bibirnya mendesah.
Doni terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Sanny pun menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang tak tertahankan. Vaginanya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan penis sepupunya itu.
“Lebihh kerashh.., enghh lagi”, Sanny merasakan tubuhnya akan meledak.
Gerakan keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang
Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Nelly. Saat makan pagi, tante Nelly tampak berusaha bersikap santai.
“Don, kamu mau kemana hari ini”, tanya Tante Nelly sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya.
Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span abu-abu.
“Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru”, ucap Doni sambil berpura-pura membaca koran.
Ia masih sungkan dengan Tante Nelly mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Nelly lapor ke mamanya. Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
“Kalau gitu ini buat beli novelnya”, ucap Tante Nelly sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan.
Doni pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran. Dilihatnya Tante Nelly mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
“Makasih ya, Tante”, ucap Doni sambil menyorongkan badannya memeluk Tante Nelly, Merekapun berangkulan erat.
Tiba-tiba Tante Nelly berbisik”, Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa ya, Don”.
“Iya, Tante”. Kemaluan Doni terasa mengeras.
“Terus kalau Doni takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya”, ucap Tante Nelly dengan nada datar.
Ia tidak mau Doni menangkap keinginannya. Namun bagi Doni kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.
Doni pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Nelly tampak agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Nelly. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Nelly sempat gelagapan dengan apa yang dilakukan oleh Doni. Ia tidak mengira Doni sudah berani terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Doni membuka kancing blusnya. Tangan Doni segera menyisihkan BH dan meremasi buah dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.
“Sudah, Don. Tante mau ke kantor”, ucap Tante Nelly sambil berpura-pura tidak mau.
Namun tampaknya Doni tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Nelly dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu hingga celana dalam tante Nelly terlihat. Tangan Doni pun mulai menggerayangi sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.
“Ash.., neghh, udah, Don”, desah Tante Nelly. Ia tidak ingin terlambat.
Tender proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Nelly. Namun apa yang dilakukan ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan segera menurunkan celana dalamnya.
“Udah, Don dari belakang aja”, ucap Tante Nelly sunguh-sungguh.
Rini, teman kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak terlambat ke kantor.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Doni. Dipelorotkannya celana pendeknya. Batang penisnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya penisnya ke vagina Tante Nelly. “Slepp!”, Penis Doni mulai memasuki lubang kemaluan Tante Nelly. Lututnya seperti hampir copot ketika penis itu masuk ke dalam lubang vagina Tante Nelly. Tante Nelly juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.
“Eenghh.., nikmat, terusshh”, desah Tante Nelly sambil memejamkan mata.
Doni memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Tante Nelly. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Nelly yang ranum menggantung.
Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Nelly sudah tertelungkup di sandaran sofa dan Doni menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin membuat ia lupa urusan kantornya.
“Terusshh, Don.., enakk”, desah Tante Nelly.
Beberapa saat kemudian Doni mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante Nelly namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang kemaluan Tante Nelly. Ia telah sampai di pucak kenikmatan.
“Cret.., cret.., cret”, sperma Doni membasahi lubang kemaluan Tante Nelly.
Ia kemudian menarik penisnya dan segera menjatuhkan badannya ke sofa.
Tante Nelly segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling membutuhkan. Tante Nelly pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi melihat Doni sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu memberikan kepuasan seksualnya.
“Udah, ya Tante ke kantor dulu”, ucap Tante Nelly sambil mendekati Doni.
Mereka berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding, Tante Nelly segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang. Doni pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.
0 komentar:
Posting Komentar