Cewek Jilbab SMA
Cewek Jilbab SMA - Perkenalkan aku Denny (Nama Samaran) Sebut saja begitu. Aku saat ini berumur 19 tahun. Kejadian ini terjadi sekitar aku berumur 17 tahun. Intan saat itu baru berumur 16 tahun. Intan sekolah di salah satu sekolah Muhammadiyah di Jogja dan dia adalah salah satu bintang kelas. Meski menggunakan jilbab yang panjang, kecantikannya menggoda sekali sehingga banyak laki-laki yang tertarik. Bisa dibilang Intan adalah PRIMADONA-nya sekolah itu.
Meski dia aktif di ROHIS, Intan orangnya tergolong ramah, walaupun kepada laki-laki sekalipun.
Akhirnya aku berkenalan dengan Intan walau aku malu-malu setengah mati, takut ditolak eh gak tahunya aku berhasil berkenalan dengannya!
“Hai… boleh kenalan ga Intan?”, sapaku dengan sedikit percaya diri.
“Sapa yahh?”, jawab Intan.
“Saya Denny? Boleh kenalan ga, kamu siapa?”
“Boleh kok emank siapa yang ngelarang… Aku Intan.”
Akhirnya kami ngobrol panjang dan aku sedikit berani menanyakan nomor teleponnya.
Malam harinya aku mencoba menelepon Intan dan pada saat itu Intan mengangkat teleponku.
“Halo ini Intan ya”, sapaku.
“Iya..ni sapa ya”, Intan menjawab.
“Ini aku Denny yang tadi siang berkenalan dengan kamu Intan”, kataku.
“Oh… iya?? ada apa Den?”
“Engga aku cuma pingin ngobrol aja Intan … Ganggu ga?”
“Engga ganggu kok Den… biasa aja sama Intan yah.”
Baca : Nia Gadis Cantik 17 Tahun
Aku mulai membuka topik pembicaraan meskipun sedikit canggung dan tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan. Lalu aku mulai memberanikan diri dengan menanyakan tentang kehidupan dia.Sampai pembicaraan kami…
“Intan besok aku pingin ketemuan sama kamu bisa ga?”, pintaku.
“Boleh kok Den… mau ketemuan dimana?”
“Di Taman Masjid UGM aja, Intan mau??”, tanyaku.
“Boleh jam 3 sore yah pas Intan pulang sekolah”, jawabnya.
“Ok… selamat malam Intan, assalamu’alaikum”, jawabku sebelum menutup pembicaraan.
Besoknya jam 3 sesuai kesepakatan kami bertemu di Taman Masjid UGM… Kami lantas ngobrol panjang lebar sampai jam 5 sore sambil makan-makan di sebuah Kafe di Tamansiswa.
Sungguh beruntung aku, Intan ternyata menyukaiku.
Hal itu kelihatan sekali dari responnya terhadap percakapan yang kami buat.
Tak terasa pada saat mau mengantarkan Intan pulang hujan turun deras sehingga aku menetap di mobilku.
Aku bertanya pada Intan,
“Mau es krim ga say?”, aku memanggil dia dengan sapaan “say”, eh ternyata dia juga balik meresponseku dengan perkataan
“mau donk say”. Cuaca saat itu mendukung sekali… cuaca hujan gerimis dan pada saat itu kami berdua di mobil.
Aku membelokkan mobilku ke parkiran mobil. Intan bertanya,
“Ngapain kita ke parkiran say?”
“Gak apa-apa kok say… aku cape aja”, aku mulai memandangi buah dada Intan yang tertutup jilbab. Ingin sekali aku menjilati puting susunya itu…
Intan melihatku dan ia berkata
“Ikhhh.. Denny nakal liat-lihat perabotan Intan… bayar tauuuu!? Masa liat gratis, ga bayar”, ucapnya manja.
Aku hanya bisa tertawa dalam hati, akhwat ini ternyata nakal juga.
Aku mulai memberanikan diri untuk mencium mulutnya walaupun Intan menolak tapi aku terus memaksa dan pada akhirnya dia tidak bisa mencegah aku untuk menciumnya. Aku melumat bibirnya dengan sangat lembut dan tak disangka Intan membalas ciumanku dengan ganasnya.
Intan bertanya kepadaku, “Denny udah pernah ML belum?”
“Belum”, jawabku.
“Intan juga masih perawan Den… Intan ga tau bagaimana caranya ML.”
Serasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Intan, aku mulai memberanikan diri tuk membuka pakaiannya. Intan malah memberikan posisi tuk memudahkan aku membuka pakaiannya. Aku membuka kancing kemeja Intan, branya yang warna hitam itu menonjol lantas kusingkap… WOW dada Intan yang berukuran 34A langsung aku kulum dan Intan berteriak kecil,
“Aaachh… geli Den! Jangan cuma satu doank donk say… sebelahnya juga donk say”, aku mulai menjilati puting susu bagian sebelahnya.
Intan yang merasa bergairah mulai membuka pakaian dan celanaku. Aku pun juga membuka celananya dan telanjang bulat di dalam mobil, adapun Intan tetap menggunakan jilbab. Pada saat itu tempt parkir sedang mendukung: tidak ada satu orang pun yang melihat kami.
“Kulum kontolku donk say”, pintaku.
“Intan ga pernah ngelakuin ini satu kali pun Den”, jawabnya.
“Aku juga blm pernah melakukannya Say… jadi kita sama kan”, kataku.
“Iya saya coba deh”, jawabnya.
Intan mulai mengemut kontolku dan dia merasa enjoy mengemut kontolku yang berukuran 15cm. Aku juga mengelus bibir vaginanya dengan tanganku. Dia mengerang, “emh..ehm..ehm..”, tanda dia mulai bereaksi pada sentuhan tanganku…
Aku yang tidak tahan dengan vaginanya. Aku mulai membaringkannya dan langsung menjilati vaginanya.
“Ouchh… nikmat bangat say,terusssss….achh..achh “, Intan mendesah dan aku terus menjilati klitorisnya dan pada akhirnya dia mendesah tidak karuan.
“Aahhhh… achhhhhh Den akuuu keluarrrr…achhh?!”, keluarlah cairan putih dengan baunya yang khas.
Intan tak mau kalah. Dia ingin mengulum kontolku. Kami melakukan gaya 69 di jok mobil belakang. Intan mengemut kontolku dengan ganasnya. Dikocok-kocok dan diemut dengan ganas. Maklum baru pertama kali kami melakukannya. Lalu aku yang sudah tidak tahan… aku mulai menyuruhnya merebahkan diri dan mengangkat pahanya sehingga tampaklah memeknya yang merah dan menggoda itu.
“Aku masukin ya say?”, tanyaku.
“Iya say tapi pelan-pelan yah… Intan masih perawan.”
Aku mulai memasukan kontolku ke liang vaginanya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke liang vaginanya saking rapatnya. Intan berteriak,
“Ahhh… sakiiittt Den!”.
Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Intan yang membalasnya dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu…
“Ahhhh… sakittt Den”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Intan berteriak, “Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar membanjiri jok mobil belakangku.
“Saay lanjut ga? Nih… aku belum apa-apa tau”, tanyaku…
“Iya say lanjut aja… Intan siap kok”, jawab Intan.
Lampu hijau nih… aku mulai memasukan kontolku ke memek Intan lagi… Intan sangat menikmati tusukan kontolku ke liang vaginannya.
Baca : Nikmatnya Gigitan Memek Ema
“Say…liss..ya kee…luarrr”, dan pada saat itu cairan putih itu keluar.
Ternyata dia orgasme. Cairan putih itu membanjiri kontolku yang nikmat dijepit oleh dinding dinding memek Intan. Kontolku masih berada di dalam memek Intan.
“Kamu belum keluar Say?”, tanya Intan.
“Belum Say”, jawabku.
Aku meneruskan tusukan ke memek Intan dan Intan terus mengerang… suara teriakannya membuat aku tambah bernafsu.
“Aachh achh.. achhhhh.achhhhhh. de.. niiii km heee..batt sayyy”, dan tiba" Intan mengeluarkan lagi cairan putih.
Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.
“Kamu belum keluar-keluar juga Say. Cepat keluarin donk Say, udah malam”, pintanya.
“Ok say”, jawabku.
Aku mulai mempercepat gerakanku. Menggenjot memek Intan dengan sangat cepat.
“Acchh… achhh… achhhh… achhh”, Intan mendesah menikmati setiap tusukan kontolku yang belaum pernah dia rasakan sebelumnya. Aku yang hampir orgasme semakin mempercepat gerakan kontolku keluar masuk memek Intan.
“Sayyy… aku mau keluar nihhhhh”, ucapku.
“Keluarin di luar ya say jangan didalem”, pinta Intan.
Aku akhirnya orgasme dan mengeluarkan spermaku ke dada Intan yang lumayan besar itu.
“Ccroott… crootttt…”, aku menumpahkan ke dadanya dan sebagian ke mukanya.
“Thanks ya Say… kejadian ini ga bakalan aku lupain”, kata Intan.
“Sama-sama say… aku juga ga akan melupakan kejadian ini.”
Akhirnya kami selesai ML dan kami memakai pakaian kami kembali. Dan saatnya mengantarkan Intan pulang kami sempat berciuman pada saat aku mengantar dia sampai depan rumahnya.
Aku dan Intan tidak akan melupakan kejadian dimana aku melepas keperjakaanku dan dia memberikan keperawanannya. Kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya lagi di rumahnya pada saat rumahnya sepi. Setidaknya aku dan Intan setiap akhir weekend diisi dengan ML.
Meskipun aku tidak ada hubungan apapun dengan Intan... meskipun aku sekarang sudah menetap di Malang dan aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dari cewek cewek yang ada disini tapi Intan telah memberikan pelajaran yang sgt berarti kepadaku.
Good-bye Jogja… I’m coming MALANG! Thank you Intan.
0 komentar:
Posting Komentar