Enaknya Memek Lia
Hubungan kami semakin lama semakin dalam, aku dan Ema seperti sudah menjadi satu. Tapi yang aku rasakan adalah suatu kebosanan dalam hubungan yang biasa-biasa saja ini, timbul hasratku untuk ingin melakukan sesuatu hal yang berbeda. Setiap hari aku selalu bengong memikirkan hal apa yang akan menjadi pembeda suasana cinta diantara aku dan Ema.
ku sendiri sudah bekerja, aku bekerja di salah satu perusahaan besar ternama di Jakarta. Ema kuliah disuatu perguruan tinggi di Jakarta, Ema tergolong orang yang pintar, karena Ema selalu menjadi unggulan di fakultasnya. Dia tinggal disebuah kos yang gak terlalu besar, ya mungkin hanya bisa dihuni 8-10 orang saja. Tapi yang aku dengar kos-kos an itu lumayan bebas, timbulah hasratku untuk berkunjung ke kosan Ema.
Aku ingin membutikan apakah kos-kosan itu benar-benar bebas apa tidak. Dan tibalah saat itu aku pulang kerja lalu aku langsung menuju kos-kosan Ema, dikos itu aku melihat suatu pemandangan yang sangat menakjubkan. 8 orang wanita cantik dan seksi dengan hanya menggunakan pakaian yang serba minim menjadi pemandanganku waktu itu.
Sesaat aku langsung berpikiran, dengan pandangan seperti ini pastilah kos2an ini benar-benar bebas. Ada satu wanita yang sangat menarik perhatianku, orangnya tingginya hamper sama denganku sekitar 168cm, dengan berat badan kurang lebih 55kg, tubuhnya terlihat sangat langsing banget, sangat cocok dengan postur tubhnya dan bisa dibilang sangat ideal dan di idam-idamkan setiap laki-laki.
Sejenak aku terdiam bengong melihat wanita cantik dan seksi itu, lalu aku pun bertanya kepada wanita itu untuk menanyakan apakah Ema ada di kos apa tidak, lalu wanita itu pun memanggilkan Rimsa dan Ema pun lalu mengajakku untuk masuk dalam kamarnya. Tapi saat di dalam kamar Ema pikiran tidak bisa focus dengan Ema kekasihku tapi aku malah kepikiran dengan wanita cantik dan seksi itu.
Baca : Mbak Dewi Tetanggaku
ari dalam kamar Ema terdengar obrolan yang lumayan keras sehingga aku dapat mendengar percakapan dari beberapa wanita itu. Saat aku mendapat celah untuk mengintipnya dari kamar Ema, aku melihat seseorang sedang mengobrol dengan wanita yang mengganggu pikiran tersebut, aku mendengarnya memanggil wanita cantik dan seksi itu dengan nama Lia.
Aku terus mengingat-ingat nama itu sampai aku pulang kerumah, tak lupa aku mencatatnya di dinding kamarku. Kemudian aku berfikir gimana caranya agar aku bisa dekat dengan Lia, sampai aku ketiduran aku belum mendapatkan bagaimana caranya. Keesokan harinya yang ada di fikiranku hanya Lia, mungkin ini caraku agar aku tidak merasa bosan dengan berhubungan dengan Ema yang tidak mau ditiduri, karena Ema sangat menjaga keperawanannya.
Setelah pulang kerja lagi aku berniat langsung menuju kos-kosan Ema, aku berniat untuk mengajaknya makan malam, tapi di lain sisi aku juga ingin bertemu dengan Lia. Mungkin hari itu hari keberuntunganku aku bukan hanya bisa melihatnya saja, tapi aku bisa berkenalan dengan Lia, pikiranku dalam perjalanan menuju kos Ema. Dan sampailah aku dikos Ema, waktu itu anak-anak kost yang lain bergerombol keluar untuk makan malam. Kebetulan juga, Ema sedang mandi, biasanya memakan waktu sekitar 20 sampai 30 menitan.
Aku mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan rencanaku. Dengan jantung yang berdebar keras, keringat membasahi tubuhku, perasaan was-was dan tentunya penisku yang berdiri kegirangan. Terdapat 3 buah celana dalam yang berbahan licin dan halus di bawah 3 tumpuk Bra nya. Langsung kuambil yang berwarna kulit dan kutempelkan pada wajah horny ku dan kuhirup aromanya. Sayangnya yang tercium hanyalah wangi pelembut cucian, tetapi tetap tidak mengurangi rasa horny ku. Segera kumasukkan ke kantong celanaku dan meninggalkan TKP untuk menghindari resiko yang tertangkap yang memalukan. Aku kembali menunggu di lantai 2 dengan perasaan yang berdebar-debar takut ketahuan.
sekitar 3 jam kemudian aku sudah sampai rumah. Langsung kumasuki kamar mandi, kulepas celana dan dan celana dalamku, kejantananku sudah basah dan siap untuk menerima hadiah yang telah ditunggu-tunggu. Dengan perasaan deg-deg-an ku keluarkan celana dalam Lia dan sekali lagi kutempelkan pada wajahku. Kuposisikan sisi dalam yang langsung bersentuhan dengan bibir Memeknya pada hidungku. Meskipun hanya tercium wangi dari pelembut, kubayangkan aku sedang menghirup aroma exotis dari Memeknya. Secara refleks, lidahku terjulur keluar dan kubayangkan sedang menjilati celah cintanya. Penisku makin bertambah keras dan panjang.
Kuposisikan bagian selangkangan celana dalamnya di kepala kejantananku, kemudian kubalutkan bagian lain dari celana dalamnya pada batang penisku. Tangan kiriku menggenggam penisku yang terbungkus oleh pengganti Memek Lia dan langsung mengocoknya dengan perlahan-lahan. Gesekan yang terjadi menimbulkan rasa sedikit perih pada penisku, tetapi hilang secara berangsur-angsur karena dilumasi oleh cairan pra ejakulasiku. Irama masturbasi kupercepat. Getaran-getaran listrik yang erotis terus membombardir syaraf-syaraf penis dan otakku. Akhirnya orgasme pun datang dengan indah. Tangan kananku menyingkap sebagian dari celana dalam Lia untuk mengeluarkan kepala penisku.
Sebetulnya aku ingin sekali mengeluarkan cairan kenikmatanku pada celana dalamnya, tetapi itu akan meninggalkan bukti yang jelas. Tiga semprotan panjang dan kuat mengawali orgasmeku yang indah. Setelah kenikmatan duniawiku berakhir, ku lepas celana dalamnya dari penisku dan mengamatinya. Terdapat bercak basah yang disebabkan oleh cairan pra orgasmeku. Di satu pihak aku ingin sekali meninggalkan jejak birahiku, tetapi di lain pihak aku takut ketahuan. Kalau ketahuan akan sangat memalukan dan menyusahkan. Kuputuskan untuk membiarkan apa adanya, kusimpan Celana Dalam tersebut pada kantong celanaku dan kulanjutkan dengan mandi.
Keesokan sorenya keadaan masih kondusif dan kukembalikan Celana Dalam yang telah kunodai dan kuambil lagi yang lain, kali ini berwarna merah muda. Berbahan tipis licin dan halus dengan sedikit renda bermotif pada bagian depan. Hal ini terus berlanjut, terkadang hanya ada sebuah Celana Dalam pada tumpukan bajunya, sehingga aku terpaksa harus melakukannya dengan cepat di wc kos. Minggu berikutnya aku dikejutkan dengan impianku. Ketika ku hirup aroma dari Celana Dalamnya, aku mencium sesuatu yang sudah kukenal dengan baik, dan kejantananku pun membenarkannya.
Aku mencium aroma exotis dari Celana Dalam nya. Bagian Celana Dalam yang bersentuhan langsung dengan surga duniawinya terasa agak lembab dan kaku. Tidak salah lagi, ini adalah aroma segar dari madu cintanya. Setelah sampai di rumah, ku tempelkan Celana Dalam Lia pada mulut dan hidungku, dan kuhirup dalam-dalam. Jantungku berdebar kencang karena kegirangan tetapi ada juga rasa takut yang menyelimuti pikiranku.
Apa maksud dari semua ini? Tapi saat ini aku tidak peduli. Langsung kubalutkan penisku dengan Celana Dalam nya dan masturbasiku terasa beda, lebih indah, lebih menggetarkan. Kali ini aku benar-benar hilang dalam kenikmatan yang dihasilkan oleh penisku. Sampai akhirnya madu murniku bertemu dengan madu cinta Lia. Entah berapa gelombang kenikmatan orgasmik yang kualami. Ketika tersadar, bagian selangkangan Celana Dalam nya telah dipenuhi dengan madu kental berwarna putih kekuningan.
Keesokan harinya kukembalikan Celana Dalam yang kuambil kemarin dan kutukar dengan yang baru. Celana dalamnya juga masih memiliki aroma exotis yang sama. Tidak terlihat perubahan pada sikap dan ekspresi wajah Lia ketika kami saling bertemu pandang. Hari berikutnya aku dikejutkan dengan celana dalam Lia yang benar-benar masih basah, aromanya benar-benar segar dan memabukkan. Sepertinya Lia baru saja selesai bermasturbasi dan sengaja membiarkanku menemukannya.
Kesadaranku telah diambil alih oleh penisku, langsung aku masuk kamar mandi yang letaknya berseberangan dengan kamar Lia. Kepala kejantananku tidak henti-hentinya bergetar ketika bagian selangkangan yang basah itu menempel dengan lembut dan hangat. Baru saja kukocok beberapa kali, tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamar mandi. Aku terkejut dan dengan cepat menyimpan kembali kejantananku dan mengantongi Celana dalam Lia, dan berpura-pura menyiram closet.
Ketika pintu kubuka, Lia berdiri tepat di hadapanku dan mendorongku kembali dalam kamar mandi. Kali ini Lia juga berada di dalamnya. Keringat dingin bercucuran dari tubuhku. Tangan-tangan Lia langsung merogoh-rogoh semua kantongku dan akhirnya ia mendapatkan celana dalamnya yang kusimpan di kantong belakang.
“Aku sudah tahu.. kalo Herry lah pelakunya..” ungkap Lia.
Tiba-tiba Lia langsung membuka celanaku dan mengeluarkan penisku yang sempat melemas karena shock. Dengan kedua tangan ia membelai dan meremas-remas dengan lembut penisku yang sudah basah. Rasa horny dan keringat dingin masih menyelimuti tubuh dan pikiranku. Namun, kejantananku kembali berereksi di dalam belaian Jari-jari Lia yang cekatan. Pandangan Lia terus terpana pada penisku. Ketika penisku sudah mencapai ketegangan maksimalnya, mulut Lia sedikit terbuka, nafasnya memburu sambil mengeluarkan desahan halus. Kedua tangannya dengan perlahan namun mantap bermain dengan kejantananku. Suara di dalam hatiku mengatakan inilah saatnya, lagipula aku yakin Lia bukan lagi seorang gadis perawan.
Kuangkat dagunya sehingga aku dapat melihat wajahnya dengan dekat. Ia menginginkannya, itulah ekspresi yang tertulis jelas pada wajahnya. Langsung kucumbu bibirnya yang segar dan kedua tanganku langsung menyingkap bagian bawah daster berwarna putih yang dimulai dari pertengahan paha. Kejantananku bergetar dan menjadi lebih keras dan panjang.
Lia tidak memakai celana dalam, pantatnya yang lembut dan kenyal ku remas-remas. Demi menghemat waktu, tangan kiriku langsung mendarat di lembah cintanya yang kebanjiran, dan tangan kananku menuju puncak buah dadanya. Dadanya yang berukuran 36B ku remas-remas dan klitorisnya pun mendapatkan pelayanan istimewa dari jari-jariku.
Baca : Jeritan Pemabntuku
Tubuh Lia tak henti-hentinya bergetar dan mempercepat irama kocokan tangannya pada penisku. Ku senderkan Lia pada dinding kamar mandi, kuangkat kaki kirinya, kemudian tangan kiriku menuntun kejantananku menuju lembah cinta duniawi. Lia hanya berdiri pasrah menunggu penisku.
Ketika ujung kepala penisku bersentuhan dengan bibir Memeknya yang basah dan hangat, Aku pun sempat bergetar. Perlahan-lahan kudorong masuk kepala penisku. Tidak ada hambatan dan gesekan yang bearti, karena celah cintanya benar-benar basah dan licin. Mulut Lia terbuka lebar, matanya tertutup rapat.
Kudorong lagi sampai hampir setengah dari panjang penisku, kemudian kutarik keluar dan kudorong masuk lagi. Sedikit demi sedikit akhirnya seluruh penisku sudah tertanam di dalam Memeknya yang sempit dan basah. Untuk sesaat aku tidak bergerak dan merasakan dinding-dinging liang cintanya mendekap kejantananku. Kulihat jam tanganku, hanya tersisa 15 menit sebelum Ema keluar dari kamar mandinya.
Lia memelukku dengan erat, aku langsung menyetubuhinya dengan perlahan-lahan. Setiap tarikan dan dorongan menciptakan sensasi erotis yang sangat indah. Irama kupercepat bagaikan piston mobil yang memompa dalam putaran mesin yang tinggi. Desahan dan erangan Lia makin membuatku bernafsu, apalagi tidak sampai 2 menit Lia sudah meluncur ke alam orgasme yang tiada batasnya. Aku jadi berpikir, siapa yang sebenarnya lebih horny dan menikmati permainan ini. Jawabannya sudah jelas.
“Penisnya besar dan kuat sekali..” Lia membisikkan kata-kata tersebut di telingaku sambil terus menikmati persetubuhan ini.
“Memangnya kamu belum pernah ketemu yang sebesar ini?”
Lia menggeleng, “Punya cowokku cuma 5 cm dan kurus..”
“Jadi lebih enak yang mana?” tanyaku.
“Tentu saja punya Ko Herry, rasanya benar-benar pas..”
Lia yang berumur 24 tahun benar-benar cocok dengan seleraku. Aku paling suka bercinta dengan daun-daun muda. Lia , daun mudaku yang cantik, akan kubuat dia tidak dapat melupakan persetubuhan ini. Setelah Lia selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, ia melepaskan diri dari dekapanku dan berlutut di hadapan kejantananku.
Lidahnya terjulur dan menyapu sepanjang batang penisku yang basah diselimuti oleh madu cintanya. Dengan cekatan Lia menjilati penisku, kemudian mengulum kepala penisku yang merah. Mulutnya yang hangat ditambah dengan tarian liar yang dilakukan oleh lidahnya membuat penisku berdenyut-denyut seperti orgasme. Untuk beberapa saat ia hanya mengulum kepala penisku, kudorong kepalanya dengan lembut.
Lia mengerti apa yang kuinginkan, ia mulai melahap seluruh batang penisku. Ia sedikit mengalami hambatan yang disebabkan oleh panjangnya kejantananku. Namun rongga mulutnya dengan cepat dapat beradaptasi, sehingga Lia pun bercinta dengan kejantananku menggunakan mulutnya. Guncangan kuat mengawali orgasmeku yang kencang dan hebat. Lia sempat tersedak dan mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya.
Kupegang penisku sambil mengocoknya, mulutnya yang terbuka menjadi sasaran tembak madu kejantananku. Beberapa tetes maduku mengenai hidung dan pipinya. Pemandangan yang erotis sekali. Lia menutup mulutnya dan langsung menelannya. Kemudian penisku kembali hilang di dalam mulutnya. Lidahnya sibuk menyapu sisa-sisa maduku dan dihabiskan semuanya.
Kusuruh Lia berdiri, ia menatapku dengan expresi puas dan nakal, senyumnya yang manja ditambah dengan noda madu putihku yang masih menempel di wajahnya membuat ku horny lagi. Jari telunjuk dan tengah tangan kanannya menyapu hidung dan pipinya, kemudian jarinya langsung dikulum di dalam mulutnya. Sudah saatnya aku keluar dan menunggu di tempat biasa. Lia dengan cepat menyelipkan selembar kertas kecil ke kantong celanaku. Kertas itu berisikan no telepon Lia.
Lia membantuku merapikan baju dan celanaku.
“Besok, jangan ambil celana dalamku lagi..”
Timbul rasa kecewa di dalam hatiku.
“Langsung saja..” Lia menempelkan tanganku pada pintu kenikmatan duniawinya.
Aku yakin ia telah merasakan arti sebenarnya dari bercinta. Meskipun kilat, namun menimbulkan kesan yang dalam. Kuhapus keringatku dengan tissue dan menyambut Sisca yang baru selesai mandi.
Setelah hari ini hampir setiap hari kami bercinta kilat di kamar mandi lantai 3. Lia menjadi tempat pelampiasan nafsuku yang menggebu-gebu. Hubunganku dengan Lia hanyalah murni sebatas kenikmatan seksual, karena kami sangat menikmatinya.
0 komentar:
Posting Komentar