Lasmi Dan Mertua
Setelah bercerai Lasmi semula bekerja di Panti Pijit tapi hanya sebentar sebelum dia mendapat pekerjaan sebagai staf administrasi di sebuah kantor Swasta. Karena dia memang cantik maka cepat saja dia dapat menarik hati seorang pemuda yang cukup kaya. Mas Rudi nama pemuda itu, anak dari Direktur perusahaan itu yang tergila-gila pada Lasmi.
Akan tetapi yang pertama kali tertarik pada Lasmi justru Pak Ryo, ayah Mas Rudi. Laki-laki yang pernah menjadi langganan pijit Lasmi ini rupanya ada hati pada janda cantik ini dan dialah yang membujuk Lasmi untuk bekerja sebagai staf di kantornya. Lasmi sendiri tidak mengira bahwa Mas Rudi nekat melamarnya sebagai istri tapi meskipun kurang sreg diterima juga lamaran itu karena Mas Rudi orangnya cukup ramah sehingga Lasmi juga cukup senang.
Apalagi berikutnya dia juga sangat dimanja sekali oleh kedua mertua barunya di mana dia diajak tinggal serumah. Tapi, justru karena kelewat akrab dan manja teristimewa dengan Pak Ryo mertua lakinya maka terjadilah kontak terlarang di antara keduanya.
Pak Ryo adalah seorang pengusaha yang cukup kaya. Perusahaannya ada dua dan untuk mengawasinya dia berkantor di sebuah rumah yang disewa tepat di sebelah kiri rumah tinggalnya sendiri, sedang di sebelah kanannya lagi adalah rumah yang diperuntukkan bagi pasangan Mas Rudi dan Lasmi.
Sementara itu Bu Ryo mengusahakan sebuah Mini market yang juga tidak jauh dari situ.Melihat dari kesibukan tugas masing-masing keluarga maka Lasmi memang lebih banyak waktu berdua dengan Pak Ryo. Karena selain masih tetap meneruskan bekerja di kantor Pak Ryo, Lasmi juga boleh dibilang tinggal serumah dengan Boss yang sudah jadi mertuanya ini. Masing-masing rumah mereka hanya dibatasi oleh dinding dan ada pintu penghubung yang selalu terbuka diantaranya.
Nah, selain kesempatan selalu bertemu yang leluasa, juga sikap manja-manja genit Lasmi kepada mertua lakinya yang kalau sedang bercanda berdua sudah meningkat bebas terlupa batas sampai saling berpeluk-pelukan, tentu saja memancing nafsu birahi terpendam sang mertua kepada menantunya ini. Maklum kebiasaan genit terpengaruh lingkungan Panti Pijit masih melekat pada Lasmi, teristimewa kepada laki-laki setengah umur seusia Pak Ryo.
Gairah kelelakian Pak Ryo yang terpendam kepada Lasmi memang menuntut karena sang menantu makin dipandang makin menggiurkan saja. Ditahan makin lama makin meluap dan ketika dicoba mengutarakannya dengan memancing-mancing sambil mengobral banyak pemberian nampaknya tidak ada penolakan dari Lasmi, dengan sendirinya kelanjutan ke arah hubungan terlarang ini menjadi semakin mulus.
Tidak bisa disalahkan, Lasmi yang latar belakangnya binal kalau sudah terlalu dekat apalagi sudah terlalu banyak dibanjiri hadiah sang mertua, maka kesadarannya pun cepat saja jadi buntu ketika itu. Jelas, karena sebenarnya bukan baru dimulai saat itu saja tapi dari awalnya Lasmi memang sudah diincar oleh Pak Ryo dan Lasmi sendiri juga sudah menaruh perasaan tertarik kepada bossnya yang simpatik ini.
Cuma saja karena keburu diserobot duluan oleh Mas Rudi yang lebih ngotot maka perasaan hati keduanya sempat tersendat dan sekarang mulai terungkit kembali. Menggelegak semakin hari semakin matang sampai kemudian di suatu sore yang merupakan penentuan ketika Pak Ryo mencoba sedikit nekat untuk menangkap menantu cantik ini dalam pelukannya tapi kali ini disertai dengan menyosor bibir Lasmi.
"Hffmm.. hghh.." Lasmi mengejang tersumbat mulutnya oleh lumatan nafsu Pak Ryo tapi begitupun dia tidak berontak.
Ada beberapa saat dia ikut terhanyut dalam asyiknya berciuman bergelut lidah dan ketika cukup untuk saling melepas, terlihat air mukanya merah merona.
"Bapak nekatt.." komentarnya malu-malu geli.
"Abisnya kamu ngegemesin Bapak sih.."
Itu awal pertama percobaan Pak Ryo. Tentu saja melihat ada lampu hijau seperti ini jelas membuatnya lebih berani lagi. Dia sudah mulai mencari simpati dengan cerita tentang Bu Ryo yang mulai kurang memberinya kebutuhan penyaluran seks. Dan ternyata meskipun tidak terucapkan tapi dari mimik wajah Lasmi tertangkap oleh Pak Ryo bahwa sang menantu ini mulai terpengaruh prihatin kepadanya.
Baca : Mencoba Perawan Jilbab
Terbukti ketika pada kesempatan hari berikutnya dia mengulang lagi memeluk dan mengajak berciuman tapi kali ini sambil sebelah tangannya menggerayangi bagian-bagian kewanitaan Lasmi, mulai dari kedua susunya sampai kemudian menyusup ke selangkangan, meremas gemas bukit vaginanya, lagi-lagi tidak ada penolakan dari sang menantu cantik ini. Seperti yang pertama Lasmi juga membiarkan sebentar dan ikut terhanyut oleh ajakan berciuman yang hangat bernafsu ini, hanya saja ketika terasa akan terlupa daratan segera dia minta melepas ciuman.
"Pak jangan sekarang.. Lasmi takut kalo ketauan.." bisiknya cemas karena sudah terasa jari nakal Pak Ryo menyusup mengorek-ngorek di celah kemaluan di bagian klitorisnya.
Mendapat peringatan ini Pak Ryo pun seperti tersadar dan melepaskan Lasmi.
"Heehh.. nanti kalau ada kesempatan Bapak ke kamarmu, ya?" katanya masih sempat memesan.
Lasmi hanya mengiyakan dan segera berlalu dari situ meninggalkan Pak Ryo yang meskipun masih nampak penasaran tapi dalam hatinya lega karena yakin bahwa pada kesempatan berikut tentu dia pasti dapat meniduri menantu cantik ini.
Suatu hari Mas Rudi akan dinas keluar kota, pagi-pagi buta itu Lasmi sudah kembali naik tidur setelah mengantar Mas Rudi cuma sampai di pintu kamar untuk berangkat ke airport. Membanting tubuhnya lemas karena Mas Rudi masih sempat mengajaknya bermain cinta sesaat sebelum berangkat. Ketika setengah layap-layap itulah dia dihampiri Pak Ryo yang masuk ke kamarnya tanpa sepengetahuannya.
Begitu datang Pak Ryo yang rupanya sudah lama menunggu kesempatan baik ini langsung ikut naik berbaring dan mulai menggerayangi tubuh Lasmi yang masih bertelanjang bulat dan hanya menutupi tubuh atasnya dengan sehelai kain. Lasmi sempat mengira bahwa itu Mas Rudi lagi tapi segera tersadar karena perbedaan yang nyata di antara kedua lelaki itu. Mas Rudi agak kecil sedang Pak Ryo yang pendek itu besar gempal tubuhnya. Lasmi jadi kaget.
"Ehh Bapakk?! kaget aku Paak.. kirain siapa."
"Ah masak sama Bapak nggak kenal, kan Bapak sudah pernah bilang mau nyusul ke sini kalo ada kesempatan."
"Abis nggak kedengaran masuknya, tapi Ibu mana Pak?" kata Lasmi yang karena merasa tidak bisa menghindar lagi, dia bergerak bangun maksudnya akan mencuci dulu bekas-bekas dengan Mas Rudi.
"Ibu masih pules, nggak bakalan tau kalau Bapak ke sini.." tukas Pak Ryo yang rupanya sudah tidak sabaran lagi langsung menahan Lasmi bangun.
Tanpa memberi kesempatan bicara bagi Lasmi, dia sudah menyerbu perempuan itu dengan bernafsu. Mencium langsung melumat bibirnya sambil dibarengi remasan-remasan gemas di mana pun bagian tubuh sang menantu yang cantik menggiurkan ini terpegang tangannya. Lasmi gelagapan sesaat, tapi lagi-lagi dia mengalah mencoba mengerti emosi nafsu laki-laki setengah umur yang menurut pengakuan kepadanya sudah jarang diberi penyaluran seks oleh istrinya.
Pasrah saja dia membiarkan Pak Ryo dan malah ikut mengimbangi lumatan laki-laki itu sama bernafsunya meskipun kelanjutannya agak membuat risih juga karena serbuan-serbuan Pak Ryo benar-benar kelewat rakus. Dari saling bertemu bibir ciuman Pak Ryo menurun melanda kedua susunya, di sini hanya berhenti beberapa saat untuk mengisap kedua puncak bukit kembar itu dan sebentar menjilati putingnya lalu kemudian diteruskan lebih ke bawah melewati perut Lasmi yang sudah menggembung empat bulan itu sampai kemudian mendarat di vaginanya.
Ini yang agak terasa kurang sreg bagi Lasmi karena Pak Ryo seperti pura-pura lupa bahwa lubang itu masih belum sempat dicucinya, tapi dia enak saja mengerjai bagian itu dengan jilatan-jilatannya bahkan juga disedot-sedotnya. Mau dia mencegah tapi Pak Ryo masih lebih ngotot di situ malah semakin coba ditolak, semakin keras juga Pak Ryo bertahan. Terpaksa Lasmi diam saja sampai akhirnya dia sendiri terbawa tidak perduli karena vaginanya yang dikerjai mulut lelaki memang merangsang nafsunya dengan cepat.
"Aasshhg.. hngghh.. sshhg.." kontan melintir, bergeliat-geliat dia oleh kilikan jilatan di klitorisnya yang begitu menggelitik geli-geli enak dan sodokan-sodokan ujung lidah di lubangnya yang begitu membuatnya penasaran, sementara Pak Ryo tambah bersemangat memainkan kepintaran mulutnya.
Menyosor seolah-olah ingin menyembunyikan wajahnya tenggelam di lubang menganga milik menantunya ini. Padahal Lasmi baru saja terpuaskan dalam sanggama bersama Mas Rudi, tapi rangsangan sang mertua ini begitu luar biasa menaikkan kembali birahi nafsunya seolah-olah tenaga untuk bercinta datang berlipat ganda.
Masih beberapa saat Pak Ryo membakar bara nafsu Lasmi, baru ketika dilihatnya sang menantu cantik ini sudah matang dituntut birahinya di situlah Pak Ryo berhenti dan mempersiapkan batangannya. Sudah cukup tegang, tinggal membasahi sedikit dengan ludahnya untuk kemudian dituntun menempel di mulut lubang, langsung ditusuk masuk.
"Hhgghh.." sekali lagi Lasmi mengejang kali ini oleh sodokan penis Pak Ryo.
Tapi karena sudah cukup siap dia bisa langsung menerima batang yang sebenarnya masih asing baginya. Malah tuntutannya kepingin cepat terpenuhi, dia pun ikut menyambut dengan memutar pantatnya membuat batang Pak Ryo terasa seperti disedot masuk, cepat saja amblas ke mulut vagina yang lapar itu.
Tapi begitu tertanam dalam, mulutnya langsung menganga kaku menahan pinggang Pak Ryo agar sodokan jangan berlanjut dan ini dipenuhi Pak Ryo karena memang batangnya sudah tertanam habis. Menunggu sesaat sampai Lasmi kelihatan sudah agak mengendor barulah Pak Ryo menyambung dengan gerak memompa keluar masuk penisnya pelan-pelan.
Lasmi sendiri masih sedikit tegang wajahnya dalam usaha menyesuaikan diri dengan sodokan-sodokan Pak Ryo tapi cuma sebentar, karena rasa baru yang diterimanya cepat saja membuainya, sama cepat seperti barusan dia dirangsang mulut Pak Ryo di vaginanya. Ada yang luar biasa pada milik mertuanya ini sehingga Lasmi mengalihkan pandangannya ke bawah ingin lebih jelas apa yang menjadi penyebabnya.
Karena bukan hanya bisa membuat daya rangsangan yang begitu besar dengan teknik mulutnya tapi juga memberi pemenuhan yang pas untuk tuntutannya. Yaitu dari dalamnya batang yang menyumbat lubang vaginanya terasa ukurannya agak berlebih dari yang biasa dialaminya dengan Mas Rudi.
Pak Ryo bisa membaca pikiran Lasmi. Dia merenggang sedikit dan mencabut batangnya agak panjang memberi kesempatan Lasmi memperhatikannya. Meskipun tidak terlalu jelas karena ruangan hanya diterangi lampu dinding kecil tapi masih bisa tertangkap mata Lasmi yang begitu melihat langsung meringis wajahnya.
"Hhssh Bapaakk.. dalemm bangett Paak.." spontan keluar komentar kagumnya memaksudkan penis Pak Ryo yang memang lebih panjang meskipun tidak lebih besar dari milik Mas Rudi.
Memang, Lasmi sudah pernah tidur dengan beberapa lelaki tapi dia mengakui juga ukuran penis sang mertua yang cukup mantap ini.
"He.ehh.. tapi kan nggak sakit?" kata Pak Ryo sambil menurunkan tubuhnya agak menempel karena khawatir dengan ukuran panjangnya ini Lasmi berubah pikiran minta batal sampai di sini.
Padahal tidak perlu. Lasmi cuma berkomentar bukan berarti ngeri. Justru dia merasa batang itu memberi keasyikan lebih dengan ukurannya yang tidak seperti biasa didapat dari suaminya. Terbukti ketika Pak Ryo mulai menggesek baru dua tiga gerakan ternyata sudah mendapat sambutan menyenangkan dari si cantik yang segera jadi bergairah merangkul leher Pak Ryo berikut kedua kakinya naik membelit paha sebagai tanda bahwa dia menyukai disetubuhi penis Pak Ryo ini.
Inipun jelas terbaca dari mimik muka Lasmi, malah tidak sungkan-sungkan mengutarakannya ketika dipancing Pak Ryo yang karena cukup berpengalaman jelas bisa membaca gelagat Lasmi.
"Gimana rasanya.. sakit nggak?"
"Nggak.. enak malah Pak, geli sampe ke dalem-dalem sini." jawabnya sambil mengusap-usap perut atasnya.
"Apanya yang enak?"
"Ngg.. kontoll Bapak.." jawab Lasmi genit-genit senang.
Mendengar ini tentu saja Pak Ryo jadi lega dan leluasa sudah dia bermain menggoyang penisnya yang disambut Lasmi dengan juga mengimbangi mengocok vaginanya. Masing-masing tenggelam menikmati asyiknya senggama dalam suasana yang cepat sekali akrab, sama-sama lupa tentang status hubungan mereka antara anak menantu dan mertuanya.
Memang ada perbedaan pada kedua lelaki lawan mainnya ini. Bersama Mas Rudi seperti masih ada gengsi-gengsian yang membatasinya kurang begitu saling terbuka, tapi dengan Pak Ryo biarpun baru kali ini, entah mungkin karena Lasmi sudah biasa bermanja-manja dengan pengalaman lalunya yang umumnya laki-laki tua berduit dan bersikap kebapakan, maka rasanya dia tidak sungkan-sungkan dan malu lagi mengutarakan apa yang dialaminya saat ini, teristimewa waktu mencapai orgasmenya yang diikuti juga oleh Pak Ryo.
"Paak ennakk Paak.. Iyya.. Duhh Bapaak dalem bangett masuknya Paakk.. Aaa.. dikorek-korek gitu Lasmi pengenn kluarrin.. Ayyo Pakk.. adduuh.. Iyya ayyo aahhgh.. sshgh.. hghrf.. ennaak punyamu Lass.. Bapakk juga kluaarr.. sshmmh.."
Tapi hubungan lama-lama semakin nekat. Tidak hanya waktu suasana rumah sepi tapi sekalipun suaminya sedang ada di rumah pun Lasmi berani juga mencuri-curi waktu bercinta dengan Pak Ryo. Ceritanya hari itu menjelang maghrib Mas Rudi sudah berdua dengan Lasmi di dalam kamar ketika tidak lama kemudian Pak Ryo pulang dari kerjanya.
Seperti biasa Bu Ryo baru akan pulang dari mini marketnya menjelang larut malam. Kedua pasangan muda itu sudah akan bermain cinta, masing-masing sudah saling terangsang dan baru saja akan mulai tiba-tiba terdengar pintu kamar diketok. Spontan Lasmi terburu-buru berpakaian dan keluar dari kamar, ternyata Pak Ryo yang ada di depan situ. Dia rupanya akan meminta pijit dari Lasmi tapi ketika diberi tahu bahwa Mas Rudi sedang ada di kamar, Pak Ryo pun membatalkan niatnya.
Masuk ke kamar lagi Lasmi langsung tersenyum geli kepada Mas Rudi.
"Barusan Bapak yang ngetok pintu. Dia minta tolong dipijitin tapi begitu kukasih tau Mas masih ada di kamar, Bapak jadi batal."
"Oh ya? Ya udah, ke sana aja dulu pijetin Bapak, nanti baru ke sini lagi kan juga masih sore."
"Idih Mas gimana sih. Masak aku musti ke sana duluan, lalu Mas sendiri gimana dong?"
"Nggak gitu, soalnya barusan kan Bapak mungkin lagi pegel minta dipijit, kalo kamu nggak ngikutin kan nggak enak jadinya."
Mendengar ini Lasmi berlagak pasang muka ragu sebentar tapi kemudian beranjak juga.
"Mas sih bukannya tadi-tadi ngasihnya.. Awas lho kalo aku dateng lagi Mas nggak mau ngasih, aku marah beneran." katanya dengan mimik muka cemberut tapi sebenarnya dalam hati girang bukan main.
"Nggak usah kuatir, pasti Mas kasih kalo kamu abis dari sana."
Bukan main, gayanya seperti berat terpaksa tapi sebenarnya inilah yang diharapkan Lasmi. Karena begitu menyusul Pak Ryo di kamarnya dia sudah langsung meloncat dan memeluk dengan wajah girang. Pak Ryo sendiri baru selesai membuka bajunya tinggal celana dalam dan masih berdiri di samping tempat tidur ketika itu.
"Lo, lo, lo, kok cepet sekali ke sininya. Gimana bilangnya sama Rudi?" tanya Pak Ryo heran.
"Las bilang aja terus terang barusan Bapak manggil minta dipijetin jadi Mas Rudi ngasih ijin ke sini."
"Oh ya? Bukannya Bapak tadi liat kamu lagi kusut, baru mau maen apa udah selesai?"
"Tadinya emang mau maen, tapi baru mau dimasukin udah keburu Bapak ngetok pintu.."
"Waduh maaf kalo gitu. Lagi kepengen-kepengennya langsung disetop begitu kan penasaran."
"Malah kebeneran Pak.. kan terusannya bisa dapet ini yang lebih mantep lagi." kata Lasmi sambil menjulurkan tangannya meremasi penis Pak Ryo.
"Jadi, lobang yang lagi penasaran ini sekarang malah mau dikasih Bapak dulu, ya?" tanya lagi Pak Ryo dengan membalas meremasi gundukan vagina Lasmi.
"Iya, iya Paak.. di situ yang aku kepengenn sekalli.." baru diremas sebentar saja, Lasmi yang memang sedang terangsang penasaran sudah langsung gemetaran suaranya,
"Ayoo Pak.. buka juga Bappak punya.." lanjutnya dengan terburu-buru melepas bajunya.
Pak Ryo menyusul hanya tinggal melepas celana dalamnya tapi Lasmi sudah lebih dulu selesai. Dan baru saja penis Pak Ryo bebas Lasmi sudah berlutut, menangkap batang itu langsung mencaplok mengisap-isapnya dengan rakus. Diserbu rangsangan begini batang itu cepat saja mengeras dan Lasmi seperti tidak ingin membuang-buang waktu.
Dia naik duluan menelentang dan mengangkang memasang vaginanya siap untuk segera dimasuki. Sampai di bagian ini semua memang bisa serba cepat tapi pada giliran batang akan dimasukkan mau tidak mau tempo harus diperlambat. Sebab meskipun sudah terbiasa tapi penis ukuran lebih besar dari suaminya ini tetap saja tidak bisa langsung main tancap sekaligus.
Perlu hati-hati dan harus ada kerja sama untuk saling menggesek dan memutar membuat lebih licin dalam beberapa waktu, sekalipun rahang Lasmi sudah gemetaran kaku menunggu lewatnya masa itu sebelum mendapatkan rasanya. Tapi kalau batang sudah tertancap dalam dan Lasmi sudah bisa menyesuaikan ukurannya. Hmm.. jangan bilang lagi nikmatnya. Langsung gayanya berubah kontras sewaktu mulai dipompa oleh Pak Ryo.
"Hhss.. aduuhh tobatt aku Paak.. hahgh ooghh.. kontol kok dalem sekali Pak.. tobat akuu.. ampun Bapaak, gedee sekalli aduuh.. Pakk.." Nada suara Lasmi merintih-rintih mengaduh ampun tobat, ditambah lagi dengan gayanya yang meliuk-liuk mata terbalik seperti orang kesakitan, yang begini kalau didengar dan dilihat Mas Rudi tentu akan menggiris karena mengira istrinya sudah tidak tahan disiksa oleh Pak Suryo.
Apalagi kalau bisa melihat lebih jelas bagaimana kewanitaan sang istri yang sering diusapi sayang itu, sekarang sampai sudah dipaksa mekar membulat lantaran menampung besar keliling batang dan itu pun masih harus lagi disodok-sodok kasar seperti tidak mengenal belas kasihan. Tentu, kalau belum mengerti Mas Rudi pasti tambah menggiris melihatnya. Padahal kebalikan dari ini justru Lasmi sedang tenggelam dalam nikmat yang mengasyikan saat itu.
Pak Ryo sudah hafal benar gaya Lasmi, makin dipompa keras makin dirasakan enak bagi Lasmi, dan gaya ini juga malah menimbulkan rangsangan tersendiri bagi Pak Ryo untuk membawanya tiba menuju puncak permainan bersama Lasmi. Terlebih kalau Lasmi sudah meminta tambahan rangsangan baru di bagian susunya, itu tanda dia sudah akan mendekati orgasmenya. "Heg.. yaang kerass Pak.. shh iya gittu.. aduh.. sshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo Paak.. aahgh.. sshgh.. Iyya Pakk Laas udah keluarr.. aduhh.. hghshh.. hrrgh.."
Seiring remasan tangan Pak Ryo di susunya diperkeras, Lasmi pun tiba orgasmenya. Di bagian ini nampaknya lebih sadis lagi. Sebab buah dada yang biasanya diperlakukan Mas Rudi dengan gemas-gemas sayang ini di tangan Pak Ryo diremasi tidak tanggung-tanggung lagi. Tidak ubahnya seperti sedang menggilas baju di papan cucian, kedua daging kenyal itu sampai meleot-leot sesekali mencuat putingnya dari sela-sela jari tangan besar Pak Ryo.
Malah waktu mengiringi orgasmenya Lasmi terlonjak-lonjak dengan dada membusung, di situ seolah-olah tubuhnya terangkat-angkat oleh tarikan Pak Ryo yang mencengkeram kedua bukit daging itu. Pokoknya jika bisa melihat secara keseluruhan bagaimana cara Pak Ryo mengasari istrinya, Mas Rudi bisa pingsan dibuatnya. Tapi justru begini yang paling disukai Lasmi karena dia merasa seolah-olah seluruh kepuasannya dibetot keluar tanpa tersisa.
Rupanya 'kesadisan' Pak Ryo belum selesai. Sesaat setelah Lasmi selesai berorgasme maka giliran Pak Ryo yang mengambil bagiannya. Tapi menjelang tiba di saat ejakulasinya tiba-tiba dia mencabut batangnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lengan Lasmi membawanya terikut bangun duduk. Lasmi sempat bingung tapi ketika Pak Ryo menjambak rambutnya dan menarik kepalanya mendekatkan ke penisnya, segera dia mengerti maksud Pak Ryo, apalagi Pak Ryo juga menjelaskan lewat kata-katanya.
"Ayyo Las, isepin Bapak sampe keluarr.." Tanpa ragu-ragu Lasmi langsung mencaplok dan melocok batang itu dengan mulutnya.
Tentu tidak bisa semua, hanya tertampung bagian kepalanya saja tapi ini sudah cukup bagi Pak Ryo untuk bisa menyalurkan kepuasannya. Dan begitu kepala batang itu mengembang, sedetik kemudian dia pun menyemburkan cairan maninya tumpah di mulut Lasmi. Agak tersekat Lasmi dengan semprotan tiba-tiba ini, serasa ingin mencabut kepalanya tapi tangan Pak Ryo menekan kepalanya tidak ingin melepaskan kuluman mulutnya sehingga mani yang tumpah itu pun tertelan semua oleh Lasmi. Ini baru pertama kali dia melakukan hal ini sehingga ketika permainan berakhir dan Lasmi bisa melepas mulutnya, langsung meringis aneh mukanya.
"Kenapa Las, nggak enak ya rasanya?" tanya Pak Ryo geli.
"Asin rasanya Pak.." jawab Lasmi terikut geli.
"Maaf ya? Terpaksa Bapak tumpahin di mulut, soalnya kalo di lobangmu nanti bisa ketauan sama Masmu."
"Nggak pa-pa, sekali-sekali buat pengalaman baru kok.."
"Kalo sering-sering emang kenapa?"
"Ya bagaimana Bapak.. Emang enak sih dikeluarin pake mulut?" kata Lasmi dengan bergerak bangun untuk ke kamar mandi mencuci bekas-bekas permainan ini.
"Oo.. sama Lasmi sih pasti enak aja." jawab Pak Ryo sambil ikut bangun menyusul Lasmi.
Selepas beristirahat sebentar Lasmi pun kembali ke kamarnya menemui suaminya. Tentu saja dengan bersandiwara seolah-olah dia tidak ada apa-apa dengan permainan bersama Pak Ryo. Begitu datang dia langsung menubruk Mas Rudi dengan gaya tidak sabaran menggerayangi penis Mas Rudi. Jelas gaya yang membuat Mas Rudi bangga padahal justru yang terjadi kebalikannya, sebab barusan mengalami hal yang paling asyik kemudian turun ke yang biasa.
Lasmi dalam senggama berikutnya bersama Mas Rudi hampir-hampir tidak ada rasanya sama sekali. Hanya gayanya saja yang tetap meyakinkan bahwa dia sudah terpuaskan dengan Mas Rudi, tapi kecuali sempat terangsang sedikit Lasmi tidak sampai mengalami orgasme dengan suaminya. Meskipun begitu dia tidak penasaran karena sudah terbayang sepeninggal Mas Rudi besok pagi ke kantornya, dia akan minta lagi pada mertuanya untuk meluapkan kerinduannya.
Begitu, dalam enak dirasakannya bersetubuh dengan sang mertua yang punya batang panjang bisa mengilik jauh ke dalam rahimnya, Lasmi praktis jadi ketagihan untuk mengulang setiap kali ada kesempatan bisa mencuri-curi.
0 komentar:
Posting Komentar